Kamis, 15 Desember 2011

Kenyataan Terpahit Itu...

Suara itu..
Seakan memberiku petunjuk,
Memberi perasaan ini kunci untuk membuka
Memberi perasaan ini jalan untuk memberi keputusan

Kenyataan itu…
Mebuatku terus berpikir,
Dia yang selama ini menipu perasaan ini
Dia yang selama ini berperan menikam hati ini

Jalan itu…
Membawaku pada kebenaran,
Membawa perasaan ini pada pilihan
Perasaan yang membuatku terus berpikir dan mencari jawaban

Waktu demi waktu…
Kenyataan terus mengungkapkan kebohongan ini
Aku yang selama ini kau permainkan dengan rasa hampa
aku yang melihat satu sisi dimana kau yang selalu berusaha memahami

perlahan wanita ini tahu jawabannya,
detik detik suara itu menyadarkan perasaan ini,
kenyataan kau yang menggapku pelampiasan,
kenyataan saat ku tahu aku hanya pemberi rasa hampa,
apa ini?
Kau, bahkan lebih kejam dari seorang laki laki yang hanya bisa memberi harapan

Jawaban itu, matahari yang tertutup

Hujan itu turun,
Ditemani awan gelap yang menutupi matahari
Berjalan seakan membawa bekas
Mencari cela untuk memberikan matahari ruang,

Langit langit itu terlihat berkabung,
Perasaan ini tertutupi rasa takut
Awan tak kunjung memberikan matahari kesempatahan untuk tersenyum
Aku mencari cela disetiap penglihatanku..

Bukan mencari waktu untuk berpikir
Bukan mencari cara untuk menemukan jawaban
Aku, berusaha menunggu matahari itu mendapat kesempatan
Biarkan awan itu uterus menutupi jawaban sampai ia lelah untuk menutupi

Ketika awan itu mendapat jawaban…
Langit langit itu mulai menembus sebagian awan yang mulai terbuka
Matahari mulai meberikan sebuah jawaban,
Tapi dia tak memberikan aku perintah untuk membantunya membuka

Haruskah aku terus menunggu jawaban itu?
Perasaan ini terus terbawa seperti awan yang berjalan
Mencari jawaban disetiap pertanyaan
Mencari tempat untuk berpikir, mendapatkan kesempatan untuk memberi
Siapa yang harus menunggu?
Ketika Perasaan ini ada atau ketika kesempatan itu datang untuk memberiku cahaya…